Senin, 27/09/2010 16:02 WIB
(Foto: thinkstock)
(mer/ir)
Anak SD Paling Banyak Akses Pornografi dari Komik
Merry Wahyuningsih - detikHealth
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Banyak orang yang belum menyadari bahwa anak dan remaja di Indonesia telah terpapar pornografi dalam jumlah yang tidak bisa dibayangkan. Bahkan, anak SD banyak yang mengakses pornografi dari gambar di komik.
Selama ini diketahui bahwa akses pornografi paling banyak diperoleh dari internet atau game online. Tapi selain perangkat berteknologi tersebut, menurut hasil riset yang dilakukan Yayasan Kita dan Buah Hati, anak kelas 4-6 SD di Jabotabek paling banyak mengakses pornografi dari gambar di komik. Buku-buku komik jagoan diketahui ada yang berisi gambar-gambar vulgar.
Berdasarkan riset yang dilakukan terhadap 2.818 anak SD kelas 4-6 sepanjang Januari 2008 hingga Februari 2010 di Jabodetabek, ditemukan bahwa 67 persen dari anak-anak tersebut sudah pernah melihat atau mengakses pornografi dari komik (24 persen), situs porno (22 persen), game online (17 persen) dan film televisi (12 persen).
"Hasil ini sangat mencengangkan, karena anak-anak kita yang masih sangat muda kelas 4-6 SD sudah banyak mengakses pornografi dan paling banyak dari komik Naruto," ungkap Elly Risman, Psi, Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati, dalam acara 'Seminar Eksekutif Penanggulangan Adiksi Pornografi' di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Senin (27/9/2010).
Dari data tersebut, ternyata 37 persen anak mengakses pornografi tersebut di rumah sendiri dan 11 persen dari rumah teman.
"Bila dijumlahkan, ini berarti hampir 1 dari 2 anak kita melihat pornografi dari rumah sendiri, dengan alasan iseng (21 persen), penasaran (18 persen), terbawa teman (9 persen) dan takut dibilang kuper (3 persen)," jelas Elly lebih lanjut.
Selain data hasil riset tersebut, Yayasan Kita dan Buah Hati yang merupakan lembaga nirlaba bergerak dalam bidang pengasuhan anak pertama di Indonesia juga melakukan pertemuan dengan hampir 70.000 orangtua di 31 provinsi.
Hasilnya, ternyata para orangtua tidak mengetahui atau menyadari apa yang telah disaksikan oleh anak-anaknya dari berbagai fasilitas yang diberikan untuk anak-anak, seperti TV, games, HP, fasilitas internet dan juga bacaan seperti komik dan majalah, yang memungkinkan anak-anak terpapar pornografi secara tidak sengaja.
Riset yang dilakukan pada 400 orangtua tersebut ternyata menunjukkan bahwa 60 persen memberikan peralatan teknologi ke tangan anaknya tanpa alasan, 20 persen lainnya memberikan karena permintaan anak. Bahkan beberapa anak SD sudah dibekali HP Black Berry oleh orangtuanya.
Data lain juga menunjukkan bahwa orangtua bangga kalau mampu membelikan atau mengadakan perangkat teknologi pada anaknya dengan alasan agar tidak gaptek (gagap teknologi), untuk masa depan, tidak malu dengan teman dan lainnya.
"Kita sungguh berada di dalam kultur abai, absen dan merasa aman, karena semua seolah terkendali, termasuk pornografi," tutur Elly.
Padahal, pornografi benar-benar merupakan sebuah penyakit. DR Donald Hilton Jr dari Texas, USA, pernah memaparkan hasil risetnya yang menunjukkan bahwa memang pornografi sesungguhnya adalah penyakit, karena pornografi merubah struktur dan fungsi otak, dengan kata lain merusak otak.
Terjadi perubahan fisiologis bila seseorang memasukkan gambar pornografi lewat mata ke otaknya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kebiasaan menyaksikan, memainkan atau membaca materi pornografi tersebut ternyata sangat dahsyat.
Bila penggunaan narkoba berketerusan mampu merusak tiga bagian otak, maka penggunaan materi pornografi yang berketerusan (kecanduan) dapat merusak lima bagian otak, yaitu Orbitofrobtal Midfrontral, Insula Hippocampus Tempiral, Nucleus Accumbens Patumen, Cingalute dan Cerebellum.
Selama ini diketahui bahwa akses pornografi paling banyak diperoleh dari internet atau game online. Tapi selain perangkat berteknologi tersebut, menurut hasil riset yang dilakukan Yayasan Kita dan Buah Hati, anak kelas 4-6 SD di Jabotabek paling banyak mengakses pornografi dari gambar di komik. Buku-buku komik jagoan diketahui ada yang berisi gambar-gambar vulgar.
Berdasarkan riset yang dilakukan terhadap 2.818 anak SD kelas 4-6 sepanjang Januari 2008 hingga Februari 2010 di Jabodetabek, ditemukan bahwa 67 persen dari anak-anak tersebut sudah pernah melihat atau mengakses pornografi dari komik (24 persen), situs porno (22 persen), game online (17 persen) dan film televisi (12 persen).
"Hasil ini sangat mencengangkan, karena anak-anak kita yang masih sangat muda kelas 4-6 SD sudah banyak mengakses pornografi dan paling banyak dari komik Naruto," ungkap Elly Risman, Psi, Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati, dalam acara 'Seminar Eksekutif Penanggulangan Adiksi Pornografi' di Hotel Grand Kemang, Jakarta, Senin (27/9/2010).
Dari data tersebut, ternyata 37 persen anak mengakses pornografi tersebut di rumah sendiri dan 11 persen dari rumah teman.
"Bila dijumlahkan, ini berarti hampir 1 dari 2 anak kita melihat pornografi dari rumah sendiri, dengan alasan iseng (21 persen), penasaran (18 persen), terbawa teman (9 persen) dan takut dibilang kuper (3 persen)," jelas Elly lebih lanjut.
Selain data hasil riset tersebut, Yayasan Kita dan Buah Hati yang merupakan lembaga nirlaba bergerak dalam bidang pengasuhan anak pertama di Indonesia juga melakukan pertemuan dengan hampir 70.000 orangtua di 31 provinsi.
Hasilnya, ternyata para orangtua tidak mengetahui atau menyadari apa yang telah disaksikan oleh anak-anaknya dari berbagai fasilitas yang diberikan untuk anak-anak, seperti TV, games, HP, fasilitas internet dan juga bacaan seperti komik dan majalah, yang memungkinkan anak-anak terpapar pornografi secara tidak sengaja.
Riset yang dilakukan pada 400 orangtua tersebut ternyata menunjukkan bahwa 60 persen memberikan peralatan teknologi ke tangan anaknya tanpa alasan, 20 persen lainnya memberikan karena permintaan anak. Bahkan beberapa anak SD sudah dibekali HP Black Berry oleh orangtuanya.
Data lain juga menunjukkan bahwa orangtua bangga kalau mampu membelikan atau mengadakan perangkat teknologi pada anaknya dengan alasan agar tidak gaptek (gagap teknologi), untuk masa depan, tidak malu dengan teman dan lainnya.
"Kita sungguh berada di dalam kultur abai, absen dan merasa aman, karena semua seolah terkendali, termasuk pornografi," tutur Elly.
Padahal, pornografi benar-benar merupakan sebuah penyakit. DR Donald Hilton Jr dari Texas, USA, pernah memaparkan hasil risetnya yang menunjukkan bahwa memang pornografi sesungguhnya adalah penyakit, karena pornografi merubah struktur dan fungsi otak, dengan kata lain merusak otak.
Terjadi perubahan fisiologis bila seseorang memasukkan gambar pornografi lewat mata ke otaknya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh kebiasaan menyaksikan, memainkan atau membaca materi pornografi tersebut ternyata sangat dahsyat.
Bila penggunaan narkoba berketerusan mampu merusak tiga bagian otak, maka penggunaan materi pornografi yang berketerusan (kecanduan) dapat merusak lima bagian otak, yaitu Orbitofrobtal Midfrontral, Insula Hippocampus Tempiral, Nucleus Accumbens Patumen, Cingalute dan Cerebellum.
(mer/ir)
blog yang sangat sangat sangat bermanfaat. terus berkarya ya mas :)
BalasHapus